Unsur yang tak kalah penting dalam sebuah naskah fiksi adalah dialog. Dialog akan memberikan petunjuk yang lebih jelas mengenai tokoh...

Tanda Baca Dialog Terputus

05:24:00 katapena.info 0 Comments




Unsur yang tak kalah penting dalam sebuah naskah fiksi adalah dialog. Dialog akan memberikan petunjuk yang lebih jelas mengenai tokoh-tokoh dalam cerita. Beberapa penulis seperti Ernest Hemingway atau Raymond Carver, sangat mengandalkan dialog, namun penulis-penulis lain lebih jarang menggunakannya.

Tapi, bolehkah kita menulis dialog semau kita, atau seperti bahasa kita sendiri? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami dulu bagaimana memberi tanda baca pada dialog tersebut dan kaidah yang sebenarnya. Menurut saya, bisa saja kita menulis dengan bahasa kita sendiri, tapi tetap saja harus mengikuti aturan yang ada, karena hal tersebut akan menandakan profesionalnya seseorang.

Tapi saya tidak akan membahas bagaimana penulisan dialog yang benar atau salah di sini. Saya akan berbagi ilmu yang beberapa waktu lalu pernah sedikit membingungkan saya: yaitu ilmu membuat dialog agar terkesan lebih nyata, lebih hidup pada dialog yang terputus (dipotong). 

Memberi tanda baca pada dialog yang terputus. 
Dialog
Dialog
Jika Anda sedang menulis dialog di antara dua orang tokoh, agar dialog terkesan lebih nyata, kita perlu menunjukkan bahwa memang orang seringkali saling menunggu giliran untuk berbicara dengan sopan. Kadang memang mereka bisa saja saling memotong kalimat satu sama lain di tengah-tengah pembicaraan, sama seperti dalam situasi nyata. Untuk menunjukkan interupsi seperti ini, Anda dapat menggunakan tanda garis datar di akhir kalimat yang terputus, lalu masukkan kalimat yang menginterupsi si pembicara awal itu, dan Anda dapat juga menggunakan garis datar pada awal kalimat yang menyambung kalimat awal itu kembali. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
  • Tom berkata, “Aku sebenarnya berpikir untuk menelepon, tetapi aku terlalu sibuk dan —”
  • “Aku sudah lelah dengan semua alasanmu,” potong Mary. “Setiap kali kamu batal menelepon —”
  • “Kali ini berbeda,” Tom menjawab. “Percayalah.”
Nah. itu adalah hal yang pernah membingungkan saya. Bagaimana tidak? Setiap kali saya membaca buku-buku fiksi, saya selalu mendapati hal demikian. Dan setelah mengetahui fungsi, serta cara menulisnya bagaimana, jemari saya menjadi gatal untuk sering membuat dialog seperti itu ketika membuat sebuah karya; meski hanya untuk hobi saja.

Semoga ilmu yang sedikit ini dapat memberikan pencahayaan yang besar bagi kamu yang sedang kebingungan dengan tanda garis datar di akhir dialog; yang merupakan tanda dialog terputus.

0 komentar:

Tentang Penulis